LEBANON MENUJU NEGARA GAGAL ?

LEBANON MENUJU NEGARA GAGAL ?
Lebanon sebuah negara dengan dengan sistem politik yang unik yaitu
Republik Parlemen demokratis dengan kerangka konfesionalisme adalah
salah satu bentuk konsosiasionalisme, artinya pembagian kekuasaan dan
di Lebanon berdasarkan agama, setiap kelompok mayoritas masing-masing
memegang satu posisi kunci di pemerintahan yaitu kaum kristen
mewakili kursi presiden, muslim sunni memegang kursi Perdana Menteri
dan muslim syiah(Hizbullah) memegang kursi ketua parlemen, komposisi
anggota parlemen adalah 50%-50% antara kristen dan Muslim.
Konsolidasi politik ini terjadi ketika perundingan guna mengakhiri
kebuntuan politik dan perang sipil pada 1989.
Tanggal
4 Agustus 2020 menjadi hari paling kelam dalam kehidupan negara
Lebanon setelah berakhirnya perang saudara. bagaimana tidak, akibat
kelalaian, gurita korupsi para elit politik menyebabkan kehancuran
ibukota Lebanon dan menewaskan rakyatnya sendiri.
2750 ton bahan
peledak Ammonium Nitrate yang disimpaan bertahun-tahun di
pelabuhan Bairut tiba-tiba meledak dan menyebabkan kehancuran yang
begitu luar biasa dan bahkan para pakar mengatakan daya ledaknya
mencapai 15% dari bom atom Little Boy yang dijatuhkan AS di
hiroshima pada 6 agusstus 1945.
Akibat
ledakan setidaknyaa 150 orang telah dinyatakaan tewas, 5,000
luka-luka dan 300,000 kehilangan tempat tinggal. Terlihat jelas
disini adanya salah kelola negara yang dilakukan para elit politik
Libanon, bagaimana tidak, bahan peledak/bahan pupuk (Ammonium Nitrat)
yang disita dari sebuah kapal Rusia berbendera Moldova disimpan
serampangan di pelabuhan Bairut hampir tujuh tahun lamanya.
Tidak
mengherankan apa yang terjadi pada selasa petang bukanlah murni
sebuah insiden belaka, ini adalah konsekuensi mematikan dari budaya
korupsi yang sudah mengakar, ketidakmampuan dan kelalaiaan dari
aparatur Libanon.
Pelabuhan Beirut berfungsi tanpa pengawasan yang
jelas dan adanya konflik kepentingan antara loyalis presiden Michel
Aoun dan loyalis mantan perdana Menteri Saad Hariri, dalam prakteknya
terjadi tumpang tindih karena setiap pihak dari tiga sektarian
mengamankan kepentingan kelompok mereka masing-masing.
Ledakan ini
semakin menambah penderitaan ekonomi, kekacauan poltik dan pendirian
internasional terhadap libanon.
70%
aktifitas ekonomi libanon terjadi di pelabuhan Beirut dan yang lebih
menyedihkan, gudang gandum yang menjadi stok pangan rakyat berada di
pelabuhan itu musnah akibat ledakan, 300,000 kehilangan tempat
tinggal dan pemerintah perlu memastikan semua kebutuhan mereka
tersedia.
Ini tentunya memaksa pemerintah untuk menaikkan pajak dan
mengajukan hutang luar negeri guna memulihkan dan membangun kembali
dari kehancuran, ini menyebabkan pemerintah libanon menjadi sangat
bergantung pada bantuan luar negeri dan lembaga keuangan dunia
seperti IMF dan World Bank.
Pemerintah
semakin lemah, rakyat semakin marah dan pihak-pihak asing semakin
terlibat dalam menentukan arah Lebanon. Masing-masing pihak mencoba
mempertahankan exsistensi politiknya masing-masing, dan menggunakan
kegagalan politik ini untuk memukul lawan-lawan mereka masing-masing.
Hari
ini orang-orang Lebanon menghadapi ketidakpastian, kekacauan politik,
korupsi, kehancuran ekonomi karena negara dinyatakan gagal dalam
membayar hutang luar negeri, pengangguran, pajak tinggi, inflasi dan
yang terbaru ledakan dahsyat yang menghancurkan nadi pusat
perekonomian libanon.
Tanpa
ragu rakyat Lebanon hari ini mengatakan mereka membutuhkan bantuan
dari komunitas Internasional guna memulihkan keadaan. Elit poltik
Lebanon secara langsung dan tidak langsung adalah pihak yang paling
bertanggung jawab atas kegagalan ini.
Komunitas internasional tidak
harus melihat tragedi ini semata-mata sebagai bencana. Menawarkan
bantuan tanpa mendorong reformasi politik tidak akan manjadikan
kehidupan rakyat Lebanon ke arah yang lebih baik.
Komunitas
international selain perlu memulihkan keadan Lebanon juga harus
mendorong reformasi total dalam tubuh poltik Lebanon, caranya juga
dengan mengakui apa yang terjadi di Lebanon adalah akibat kegagalan
negara, kegagalan politik, praktik korupsi kolusi nepotisme yang pada
akhirnya rakyat menjadi tumbal akibat gagalnya kebijakan.
#Author: AdunSyukran
0 Response to "LEBANON MENUJU NEGARA GAGAL ?"
Post a Comment